Dari Jayapura, Cahaya Itu Datang Pemuda Papua dan Jalan Menuju “Papua Cerah”

Dr. Muhammad Rifai Darus Juru Bicara Gubernur Papua Ketua Umum DPP KNPI 2015–2018
Dr. Muhammad Rifai Darus Juru Bicara Gubernur Papua Ketua Umum DPP KNPI 2015–2018

Catatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 dari Tanah Cenderawasih

Jayapura, Indotimur, – 

Setiap kali 28 Oktober tiba, bangsa ini seperti membuka kembali lembar catatan sejarah hari ketika para pemuda memutus sekat suku, bahasa, dan daerah. Tahun 1928 menjadi titik balik kesadaran kolektif: Indonesia bukan sekadar pulau-pulau yang tersebar, tapi satu nusa, satu bangsa, satu bahasa.

Hampir seabad kemudian, gema itu menemukan gaungnya kembali kali ini dari ujung timur Nusantara. Di Tanah Papua, suara anak muda mulai mengeras, bukan dengan teriakan politik, tapi lewat tekad untuk membangun peradaban baru.

Papua Cerah. Dari Infrastruktur ke Manusia

Visi Papua Cerah yang digagas Gubernur Mathius Fakhiri sejatinya bukan proyek pembangunan fisik semata. Ia lebih mirip gerakan kultural upaya menyiapkan manusia Papua agar mampu berdiri sejajar dengan siapa pun, di mana pun.

“Kemajuan Papua harus dimulai dari manusianya,” kata Fakhiri suatu sore di Jayapura, dalam acara refleksi Sumpah Pemuda Kalimat itu, sederhana tapi menohok, kini sering diulang anak-anak muda yang ingin keluar dari narasi lama tentang keterbelakangan.

Sebab, selama bertahun-tahun, Papua kerap digambarkan lewat dua wajah: wilayah kaya sumber daya, tapi tertinggal dalam pembangunan manusia. Di situlah Papua Cerah ingin mengubah arah dari beton dan aspal ke otak dan karakter.

Pemuda di Simpang Jalan

Generasi muda Papua kini berada di persimpangan zaman. Dunia digital membuka peluang besar, tapi sekaligus membawa arus deras yang bisa menenggelamkan siapa pun yang tak siap.

Itu sebabnya, Rifai Darus Juru Bicara Gubernur Papua yang juga pernah memimpin KNPI nasional menekankan pentingnya literasi digital dan kemandirian berpikir.

“Pemuda Papua tidak boleh hanya jadi penonton di panggung nasional, Mereka harus berani tampil, berbicara, dan memimpin dengan percaya diri.” Ujarnya.

Ia melihat potensi besar di tangan anak muda Papua mereka kreatif, adaptif, dan semakin sadar pentingnya pendidikan. Banyak di antara mereka kini menjadi penggerak di bidang teknologi, budaya, dan kewirausahaan sosial jauh dari stereotip lama tentang konflik dan keterbelakangan.

Budaya sebagai Arah, Bukan Beban

Namun, ada satu hal yang selalu diingat oleh generasi baru Papua jangan kehilangan akar.

“Teknologi dan budaya harus berjalan beriringan,” kata Rifai.
“Kemajuan tanpa budaya akan hampa. Tapi kemajuan yang berakar pada tradisi akan melahirkan peradaban yang bermartabat.” Tegasnya.

Pesan itu penting, sebab di tengah perubahan, banyak anak muda Papua justru menemukan kembali jati dirinya lewat budaya. Musik, seni, bahasa daerah, hingga tradisi noken semua menjadi sumber inspirasi sekaligus penanda identitas.

Mereka sadar, membangun Papua bukan berarti meniru Jakarta.
Papua harus maju dengan caranya sendiri, dengan nilai solidaritas, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam serta adat.

Papua Cerah, Indonesia Emas

Semangat Papua Cerah sejalan dengan cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Namun di Papua, maknanya menjadi lebih dalam bukan sekadar mencapai kemajuan ekonomi, tapi memastikan bahwa setiap anak muda di kampung, di pesisir, di lembah atau pegunungan punya kesempatan yang sama untuk bermimpi dan berhasil.

Di tengah peringatan Sumpah Pemuda ke-97, para pemuda Papua menegaskan bentuk baru nasionalisme bukan sekadar mengibarkan bendera, tetapi memberi kontribusi nyata lewat kerja, gagasan, dan prestasi.

Mereka percaya, bila Sumpah Pemuda adalah fondasi persatuan, maka Papua Cerah adalah peta jalan kemajuan.
Dan ketika keduanya berpadu, cahaya dari Timur itu benar-benar akan menerangi masa depan bangsa.

Pantun dari Tanah Cenderawasih

Ke Pasar Hamadi membeli noken,
Isinya sagu dan sedikit pala.
Kalau pemuda hanya diam dan menonton, Kapan Papua jadi bintang nusantara!

Dr. Muhammad Rifai Darus
Juru Bicara Gubernur Papua
Ketua Umum DPP KNPI 2015–2018

Jadikan Postingan ini Sebagai Diskusi