Jayapura, Indotimur –
Gubernur Papua menegaskan pentingnya membangun kembali semangat pendidikan di Tanah Papua, bukan hanya sebagai proses belajar mengajar, melainkan juga sebagai bagian dari perjalanan hidup anak-anak Papua untuk menemukan jati dirinya.
“Sekolah di Papua bukan hanya tempat belajar. Ia harus menjadi tempat tinggal, tempat pulang, dan tempat bangkit,” ujar Juru Bicara Gubernur Papua, Dr. M. Rifai Darus, SH, MH, dalam keterangan persnya di Jakarta(12/11).
Menurut Rifai, Gubernur ingin agar setiap ruang kelas di Papua menjadi ruang harapan ruang yang menumbuhkan cita-cita dan kepercayaan diri bagi generasi muda Papua, bukan sekadar ruang ujian yang menakutkan atau membebani.
Ia menekankan, pendekatan pendidikan di Papua tak bisa disamakan dengan daerah lain.
“Papua punya konteks sosial, budaya, dan geografis yang khas. Karena itu, sekolah harus hadir lebih manusiawi, menjadi rumah yang memberi rasa aman dan kesempatan untuk tumbuh,” katanya.
Dalam pandangan pemerintah provinsi, pembangunan sektor pendidikan di Papua tidak hanya berkutat pada infrastruktur, tetapi juga pada pembangunan karakter dan nilai-nilai kebersamaan.
Program pembinaan tenaga pendidik, revitalisasi asrama pelajar, dan peningkatan akses pendidikan di daerah terpencil menjadi bagian dari agenda prioritas.
“Anak-anak Papua butuh guru yang bukan hanya mengajar, tetapi juga hadir sebagai pengasuh dan pembimbing. Butuh ruang kelas yang bukan hanya berdinding, tapi punya semangat yang hidup,” tambah Rifai.
Pernyataan ini mencerminkan arah kebijakan baru Pemerintah Provinsi Papua yang tengah berupaya memulihkan kepercayaan publik terhadap sistem pendidikan. Pemerintah menilai, sekolah harus menjadi motor penggerak perubahan sosial di Papua tempat anak-anak tidak sekadar lulus ujian, tapi juga lahir dengan harapan baru untuk membangun tanah kelahirannya.





